PENDIDIKAN SEKS SEBAGAI BENTENG ANAK DARI KEJAHATAN SESKSUAL

09 Juni 2020
Administrator
Dibaca 1.595 Kali
PENDIDIKAN SEKS SEBAGAI BENTENG ANAK DARI KEJAHATAN SESKSUAL

PENDIDIKAN SEKS SEBAGAI BENTENG ANAK DARI KEJAHATAN SESKSUAL

OLEH :

I Wayan Kastana, S.Pd

 

            Akhir-akhir ini banyak terjadi kasus-kasus kekeran seksual terhadap anak,hal tersebut terjadi dikarenakan beberapa faktor-faktor penyebabnya, mulai dari rendahnya pengetahuan seseorang, karena nafsu birahi yang berlebihan, atau jarangnya kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan oleh pelaku kejahatan seksual anak, atau kemungkinan besar bisa terjadi diakibatkan anak belum mengetahui secara pasti apa yang dimaksud dengan seks maupun seksual itu. Dari sinilah kita bisa menarik sebuah kesimpulan sesungguhnya kejahatan seks terhadap anak itu dipengaruhi dari beberapa faktor-faktor penyebabnya. Faktor-faktor penyebab yang bisa mempengaruhi kejahatan seksual anak selain yang telah penulis sebutkan diatas, ada beberapa faktor-faktor yang mendasar mengenai kejahatan seksual terhadap anak, yakni randahnya moral dan rasa kemanusiaan yang dimiliki oleh pelaku kejahatan seksual anak, orang tersebut seakan-akan sudah tidak memiliki rasa kemanusiaan, dapat pula diartikan sebagai manusia binatang. Kenapa penulis mengatakan hal tersebut, dikarenakan hanya sifat-sifat binatanglah yang berbuat seperti itu.

            Kejahatan seksual terhadap anak tidak hanya satu dua kasus saja yang pernah terjadi, namun sudah berjuta-juta kasus yang penah terjadi di negeri ini. Hal yang mencengangkan lagi ialah para korban kejahatan seksual itu sampai kehilangan nyawanya, dan yang paling parahnya lagi anak yang menjadi korban kejahatan seksual menjadi depresi sehingga berdampak pada kondisi psikologis anak dan perkembangan masa depan anak. Sungguh kejam para pelaku kejahatan seksual terhadap anak karena telah merenggut dan mengambil kegembiraan seorang anak kecil yang notabena masih masa-masa manikmati masa kecil yang penuh kegembiraan dan keceriaan.

Maka dari itu untuk menanggulangi kejahatan seksual terhadap anak, penulis memberi beberapa saran dan masukan kepada para pembaca agar bersama-sama mampu menjaga anaknya dari para pelaku kejahatan seksual. Saran yang dapat penulis sampaikan ialah yang pertama tetap jaga komunikasi dengan baik dengan anak, tetap perhatikan perilaku anak, jaga anak-anak jangan sampai keluar sendirian, ajaklah anak anda untuk selalu rajin mendekatkan dari kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, bangunlah suasana keluarga agar nyaman bagi perkembangan anak anda, dan yang terpenting cobalah perkenalkan pendidikan seks bagi anak anda pada waktu dan suasana yang tepat.

            Secara umum para pelaku kejahatan seksual anak tidak menyasar anak perempuan saja, namun juga menyasar anak laki-laki. Hal tersebut dapat diamati pada beberapa kasus-kasus kejahatan seksual terhadap anak yang pernah di tayangkan di surat kabar maupun di media elektronik seperti televisi, media social maupun media lainnya. Dilansir dari siaran pers catatan tahunan KOMNAS Perempuan 2019 mencatat bahwa terdapat peningkatan 14 persen dari 2018 kekerasan seksual yang terjadi di Indonesia. Hal ini membuktikan setiap tahunnya kejahatan seksual semakin meningkat.

            Untuk menekan pertumbuhan kejahatan seksual ini penulis memberikan salah satu usaha yang dapat penulis berikan yakni dengan cara memberikan pedidikan seks kepada anak-anak agar anak-anak memiliki pengetahuan tentang seks dan dampaknya terhadap dirinya. Sehingga anak-anak mampu membentengi dirinya dari pelaku-pelaku kejahatan seksual.

            Menurut James Drever dalam Safrudin Azis,( 10 : 2015) mengatakan seks adalah suatu perbedaan mendasar yang berhubungan dengan reproduksi dalam satu jenis yang membagi jenis ini menjadi dua bagian, yaitu jantan dan betina sesuai dengan sperma (jantan) dan sel telur (betina). Mencermati uraian diatas, pengertian seks pada hakekatnya menunjukkan beberapa kelompok yang membedakan laki-laki dan perempuan, dua anatomi, serta ciri-ciri psikologis yang berkaitan dengan sifat laki-laki dan perempuan.

            Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa seks dalam arti sempit dapat diartikan dengan kelamin, yang meliputi alat kelamin itu sendiri, anggota-anggota tubuh serta ciri-ciri badan lainnya yang membedakan laki-laki dan wanita, kelenjar-kelenjar, libido (nafsu syahwat), serta hormone-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi bekerjanya alat kelamin.

            Pada hakikatnya Pendidikan seks tehadap anak merupakan sebuah upaya-upaya yang dilakukan dalam hal untuk memperkenalkan apa yang dimaksud dengan Pendidikan seks. Secara umum Pendidikan seks (sex education ) dapat diartikan sebagai Pendidikan tingkah laku yang baik, menjunjung tinggi nilai-nilai kemasyarakatan serta membantu seseorang menghadapi persoalan hidup yang berpusat pada naluri seks yang timpul dalam bentuk tertentu dan merupakan pengalaman manusia yang normal. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa Pendidikan seks bermaksud menerangkan semua hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar, tidak terbatas pada antomi, fisiologi, penyakit kelamin dan perilaku yang menyimpang (Safrudin Aziz, 2015 :14). Berlandaskan dari pengertian hakekat Pendidikan seks yang diungkapkan oleh safrudin tersebut bahwa Pendidikan seks itu tidak hanya berhubungan dengan seks maupun seksualitas semata, namun ada beberapa aspek-aspek tentang seks yang lainnya seperti, kesehatan alat reproduksi, kebiasaan seksual, terus penyakit yang ditimbulkan akibat dari bebasnya berhubungan seks tersebut. Dengan landasan inilah mengapa orang tua atau guru wajib memperkenalkan Pendidikan seks kepada peserta didik atau anaknya sebagai benteng anak dalam mengatasi kejahatan para oknum-oknum penjahat seksual. Peserta didik ataupun anak yang telah diberikan pengetahuan mengenai seks secara otomatis mereka akan  memiliki pengetahuan yang cukup akan Pendidikan seks tersebut. Sehingga seandainya mereka diajak untuk berhubungan seks atau dipaksa diperkosa untuk melakukan seks oleh penjahat seksual maka anak tersebut sudah memiliki pemahaman atau pengetahuan akan bahaya atau musibah yang akan terjadi jika mereka melakukan hubungan seks dibawah umur. Dengan pengetahuan yang dimiliki maka anak tersebut akan berpikir ribuan kali jika ingin diajak untuk berhubungan seks dengan orang lain. Kerena mereka telah mengetahui bahaya atau akibat yang akan timbul dari hubungan seks teresebut.

            Maka dengan demikian Pendidikan seks pada anak itu perlu dan penting, namun yang perlu digaris bawahi bagaimana strategi dan cara mengajarkan Pendidikan seks ini kepada anak agar tidak malah menjadi Pendidikan pornografi yang justru anak merasa tidak nyaman dan malah tidak mau mengetahui Pendidikan seks ini. Dalam bukunya Safrudin Aziz, 2015 : 19 dijelaskan beberapa materi dan metode yang dipergunakan untuk memberikan Pendidikan seks sesuai dengan umur atau usia anak tersebut. Dalam buku ini dijelaskan proses Pendidikan pada prinsipnya memerlukan seperangkat materi yang berorientasi pada kebutuhan peserta didik. Begitu pula dengan Pendidikan seks, materi Pendidikan hendaknya diberikan dengan memperhatikan aspek usia, kondisi kematangan psikologi serta intelekstualnya. Untuk aspek usia anak, materi Pendidikan seks terbagi menjadi : pertama, materi untuk anak usia dini 0-5 tahun. Kedua, kanak-kanak periode kedua kisaran usia 7-14 tahun, sebagai fase persiapan guna menghadapi perubahan-perubahab yang akan mengiringi perkembangan dirinya. Ketiga usia remaja, kisaran usia 14-21 tahun.

            Berdasarkan pengelompokan usia anak dalam upaya memberikan Pendidikan seks tersebut seperti yang dijelaskan Safrudin diatas bahwa dalam upaya seorang guru maupun orang tua  dalam memberikan Pendidikan seks kepada anaknya harus memperhatikan usia anak, kondisi kematangan psikologi anak serta intelektual anak. Agar jangan sampai Pendidikan seks yang seharusnya dijelaskan kepada anak usia 0-5 tahun malah materi yang diberikan atau disampaikan adalah materi untuk anak usia 7-14 tahun, jelas hal tersebut tidak akan dimengerti oleh anak yang usiannya 0-5 tahun. Sehingga dengan demikian pemberian materi Pendidikan seks terhadap anak ini harus sesuai dengan hal-hal yang telah disebutkan diatas oleh safrudin tadi. Pemberian Pendidikan seks terhadap anak bukanlah perkara mudah seperti memberikan materi pada mata pelajaran umum. Mengapa demikian, Pendidikan seks ini merupakan hal yang sangat riskan, jika salah dalam penyampaian materi yang disampaikan yang terjadi akan berdampak salah terhadap anak yang menerima materi tersebut. Maka dari itu dalam penyampaian materi Pendidikan seks ini agar tidak menyimpang dari tujuan yang hendak dicapai, seorang guru atau orang tua harus mempergunakan metode pendekatan yang sesuai dengan tujuan kepada siapa materi Pendidikan seks ini ingin disampaikan. Sebagai salah satu contoh Pendidikan seks bagi anak usia dini (0-5 tahun) pada substansinya berfungsi sebagai pendekatan praktis bentuk dan antisipasi penyimpangan seks anak. Sesuai dengan tingkat pemahaman dan kondisi psikologis anak, maka Pendidikan seks hendaknya diberikan oleh pendidik dengan memahami rasa ingin tahu anak, memberikan penjelasan sesuai dengan kemampuan kognitif, memberikan tanggapan dengan jujur dan bersikap professional, serta pemberian Pendidikan seks dapat  diintegrasikan dengan pemberian materi pelajaran lainnya. Dari penjelasan diatas bahwa yang terpenting dalam upaya pemberian Pendidikan seks terhadap peserta didik, seorang pendidik harus mempu memahami terlebih dahulu beberapa aspek-aspek peserta didik seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dan yang terpenting lagi seorang pendidik harus mampu juga mengintegrasikan Pendidikan seks ini dengan materi pelajaran lainnya sehingga peserta didik tidak merasa canggung atau merasa malu/tabu tentang Pendidikan seks ini.